A. Konsep Kekuasaan Raja
Pada masa pengaruh Islam, konsep kerajaan yang dikenal adalah kesultanan.
Pada umumnya gelar raja-raja Islam meneruskan
nama-nama yang lazim dipakai raja pada masa Hindu-Buddha. Di Jawa sebutan raja
memakai berbagai nama dan gelar, seperti susuhunan, panembahan, maulana,
dan raja.
B. Struktur Sosial
Agama Islam dapat dengan mudah diterima oleh
masyarakat Indonesia karena dalam Islam tidak mengenal adanya sistem kasta.
Dalam Islam, semua manusia memiliki kedudukan yang sama dihadapan Allah swt.
Hal yang membedakan adalah tingkat ketakwaan dan keimanan seseorang kepada Alla
swt. Secara umum, Islam mengenal golongan santri, priayi, dan abangan.
— Golongan santri adalah
mereka yang taat menjalankan ajaran agama.
— Golongan priayi
adalah mereka yang masih memegang teguh ajaran lama, meskipun mereka sudah lama
masuk Islam.
— Golongan abangan
adalah mereka yang belum dapat memenuhi kewajiban agama secara sempurna.
C. Sistem Kalender
Pada masa berkembangnya Islam, terjadi perubahan
sistem kalender yang berlaku di Indonesia. Sistem kalender Saka yang berlaku
pada masa Hindu-Buddha mulai digantikan dengan sistem kalender Hijriyah. Sistem
kalender Hijriyah adalah sistem penanggalan Islam yang dimulai saat
hijrahnya Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya ke kota Mekkah ke kota
Yastrib atau Madinah pada tahun 622 M.Di Jawa juga berlaku kalender Jawa Islam
yang diciptakan oleh Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam. Sistem kalender
Jawa Islam didasarkan pada perhitungan waktu perputaran bulan atau komariah.
Dalam kalender Jawa Islam terdapat 354 hari dalam setahun. Sistem penangglan
Jawa Islam mulai berlaku sejak tahun 1633 M atau tahun 1555 Saka. Pada kalender
Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan nama-nama bulan, seperti Muharram
menjadi Sura dan Ramadhan menjadi Pasa
D. Seni Aksara
Akulturasi budaya lokal dengan budaya Islam dalam
seni aksara tercermin pada tulisan Arab-Melayu. Tulisan ini berwujud tulisan
Arab , tetapi berbahasa Melayu. Pada tulisan Arab-Melayu huruh Arab yang
digunakan tidak menggunakan harakat dan dikenal sebagai tulisan Jawi
atau Arab Gundul.
Selain tulisan Arab-Melayu, di Indonesia juga
berkembang seni Kaligrafi. Kaligrafi adalah seni melukis indah
dalam bentuk tulisan Arab. Seni kaligrafi muncul karena adanya larangan dalam
agam Islam untuk menggambarkan sesuatu makhluk hidup sesuai bentuk aslinya.
E. Seni Sastra
Pengaruh budaya Islam pada seni sastra berkembang
di wilayah Melayu dan Jawa. Dilihat dari corak dan isinya, kesusastraan Islam
yang berkembang di Indonesia dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
— Hikayat adalah cerita atau dongeng yang
berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk
gancaran (karangan bebas atau prosa).
— Contoh Hikayat:
Hikayat 1001 Malam
— Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton yang
sering dianggap sebagai peristiwa sejarah.
— Contoh Babad: Babad
Tanah Jawi dan Babad Cirebon
— Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal
tasawuf
— Contoh Suluk: Suluk
Sukarsa, Suluk Wijil, dan Suluk Malang Sumirang
— Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat
dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan, keajaiban, dan
penentuan hari baik/buruk.
F. Seni Bangunan
Bentuk banguan yang merupakan hasil perpaduan Islam dengan budaya setempat,
antara lain:
A.Masjid
Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Letak masjid
kuno biasanya berada disebelah barat alun-alun keraton. Di Sumatera Barat,
banyak masjid menggunakan bentuk atap rumah gadang yang ada tanduknya. Pada
masjid di Jawa, atap masjid menggunakan atap tumpang atau bersusun
banyak. Pada bagian atap masjid paling atas biasanya diberi penutup kecil dari
benda-benda tertentu. Penutup puncak masid disebut mustaka.
Masjid-masjid di Indonesia dilengkapi dengan
menara sebagai tempat muazin mengumandangkan adzan. Pada perkembangannya,
arsitektur menara tersebut mendapat pengaruh unsur-unsur Hindu. Misalnya,
menara Masjid Kudus yang dibangun seperti bangunan candi. Pengaruh tersebut
terlihat jelas dengan dengan adanya pola tiang penopang pada masjid-masjid yang
ada di Jawa. Pada masjid di Jawa, atap masjid ditopang oleh empat tiang
utama di tengah yang disebut soko guru. Namun, ada juga masjid di
Jawa yang atapnya hanya disangga oleh satu tiang tengah atau soko
tunggal.
B.Makam
Makam yang dibangun pada zaman Islam masih memiliki pengaruh dari
unsur-unsur lokal, yaitu punden berundak. Pada masa itu makam dibangun
sesuai kedudukan orang yang dimakamkan semasa masih hidup. Makin tinggi
kedudukan seseorang, makin tinggi pula pemakamannya. Pada kompleks makam,
terdapat rumah-rumahan yang disebut cungkup. Rumah-rumah tersebut berfungsi untuk
meletakkan jirat atau batu nisan.
Makam kuno biasanya juga dilengkapai tembok atau gapura yang menghubungkan
antar makam atau kelompok kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang
berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi
bentar (tidak beratap dan berpintu). Makam biasanya dibangun sebuah masjid
dan makam yang ada masjidnya adalah makam para wali atau raja.
C.Keraton
Keraton adalah tempat tinggal seorang pengusaha (raja atau ratu) untuk
memerintah. Dengan demikian, kemudian muncul istilah keraton atau karaton yang
merupakan bentuk singkat dari ke-ratu-an atau ka-ratu-an. Keraton
juga disebut dengan istilah kedaton. Kata kedaton merupakan bentuk
singkat dari ke-datu-an atau ka-datu-an yang berasal dari kata datu
yang dalam bahasa Indonesia berarti raja.
G. Tradisi Keagamaan dan Seni
Pertunjukan
Tradisi keagamaan dan seni pertunjukan yang
merupakan hasil perpaduan Islam dengan budaya setempat dan Hindu-Buddha, antara
lain sebagai berikut:
A. Upacara
Kematian
Di beberapa daerang di Indonesia, upacara kematian
menurut agama Islam masih dipengaruhi unsur kebudayaan Hindu. Pengaruh budaya
Hindu tersebut terlihat dalam upacara selamatan atau hati peringatan kematian.
Untuk orang yang sudah meninggal, diadakan peringat hari ke-3, ke-7, ke-40,
ke-100, ke-1000. Peringatan hari kematian tersebut merupakan wujud lain upacara
Srada pada agama Hindu. Saat upacara peringatan tersebut, dilaksanakan
acara tahlilan atau dikiran (zikir) yang dipimpin oleh seorang kyai atau ulama.
Tahlilan adalah upacara pembacaan doa-doa yang diambil dari ayat suci
Al-Qur’an.
B. Ziarah Makam
Ziarah makam bagi masyarakat Indonesia sudah
menjadi tradisi. Tujuan orang melakukan ziarah makam berbeda-beda, misalnya
untuk mendapatkan anugerah dengan memuja roh nenek moyang, mensyukuri kebesaran
Tuhan, mengingatkan tentang akhirat, atau menghormati orang yang sudah
meninggal. Tradisi ziarah dipengaruhi oleh kebudayan Indonesia lama dan
kebudayaan Hindu-Buddha, yaitu tradisi pemujaan roh nenek moyang.
C. Sekaten
Perayaan sekaten merupakan upacara tradisi
keagamaan yang dipengaruhi oleh unsur Hindu dan Islam. Inti perayaannya
bertujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. (maulud). Perayaan
Maulud Nabi Muhammad saw. saat itu diadakan di Masjid Demak dan para pengunjung
yang datang diwajibkan membaca kalimat syahadad (wujud pengakuan percaya
terhadap ajaran agama Islam). Selanjutnya, keramaian itu terkenal dengan istilah
syahadatan atau syahadatein. Lama-kelamaan dikenal dengan
perayaan Sekaten. Perayaan Sekaten dimulai dengan keluarnya dua
perangkat Gamelan Sekati dari keraton untuk ditempatkan di depan Masjid Agung.
Selama enam hari, kedua perangkat gamelan itu dimainkan atau dibunyikan. Pada
hari ketujuh, upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan Mulud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar