Senin, 26 Januari 2015

Resensi Buku Soekarno-Militer Dalam Demokrasi Terpimpin

Judul                           : SOEKARNO-MILITER DALAM DEMOKRASI TERPIMPIN
Penulis                         : Herberth Feith
Penerbit                       : Pustaka Sinar Harapan
Kota Terbit                  : Jakarta
Tahun Terbit                : 1995
Jumlah Halaman          : 188 Halaman

            Herberth Feith adalah penulis yang dilahirkan pada 03 November 1930 di Wina, Austria. Pada tahun 1939 beremigrasi ke Australia. Belajar sejarah dan ilmu politik di University of Melbourne. Setelah tamat dari universitas tersebut Herberth bekerja sebagai pegawai Kementerian Penerangan Indonesia di Jakarta (1951-1953 dan 1954-1956). Herberth memang banyak menulis buku, artikel dan makalah-makalah mengenai masalah politik, perdamaian, perang dan senjata nuklir. Salah satu bukunya yang terkenal di Indonesia mengenai masalah politik adalah buku yang berjudul “The Decline of Constitutional Democrasy in Indonesia”, yang diterbitkan oleh Cornell University Press pada tahun 1962.
            Sebagaimana kita ketahui pemerintah dan politik Indonesia pada masa awal kemerdekaan  adalah Politik Demokrasi Terpimpin. Untuk memahami Demokrasi Terpimpin, kita harus mengetahui tentang tatanan politik tersebut runtuh. Dalam banyak pengertian praktis maupun pengertian simbolis yang penting, kemerdekaan Indonesia sudah ada sejak 17 Agustus 1945, dua hari setelah Jepang kalah, hari ketika Soekarno dan Hatta memproklamasikan Republik Indonesia, dan dengan demikainlah sulutlah empat tahun lamanya perang kemerdekaan. Sekalipun pada tanggal; 27 Desember 1949 akhirnya Belanda melepaskan tuntutan kedaulatannya atas seluruh Indonesia, dan Republik Indonesia Serikat (RIS) lahir sebagai produk Konverensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di Den Haag dari bulan Agustus sampai bulan November 1949.
Dalam buku yang berjudul “Soekarno-Militer dalam Demokrasi Terpimpin” ini, Herberth Feith mengandaikan Demokrasi Terpimpin sebagai suatu sistem politik yang dipengaruhi secara kritis terutama oleh hubungan antara Presiden Soekarno dan Angkatan Darat, suatu hubungan konflik yang ditandai oleh upaya bersama dan berlangsungnya terus kompetisi dan ketegangan antara dua mitra yang bertanding dengan lebih kurang secara setaraf.
            Pada bagian pertama, penulis juga membahas dengan memberikan suatu ikhtisar dasar kerja sama dan konflik yang ada antara Soekarno dan Angkatan Darat. Penulis meneliti pula beberapa segi penting kehidupan politik dan pemerintahan Indonesia yang memperlihatkan demikian pentingnya interaksi pemerintah sipil. Partai Komunis dan partai – partai pro Barat, orang- orang Cina Indonesia, yang bahkan juga menyangkut urusan luar negeri.
Pembahasan berikutnya, penulis kembali meninjau struktur konstitusi dan ideologi Demokrasi Terpimpin, bagaimana proses menuju kerangka konstitusi baru, pada masa penantian sebuah ideology, Indoktrinasi pers,pendidikan dan pegawai negeri, tentang penguasaan otoriter dan mengemukakan bagaimana sistem Demokrasi Terpimpin ini mempengaruhi masyarakat Indonesia secara keseluruhannya.
Di bagian keempat Herberth Feith mencoba mengupas beberapa aspek yang menyangkut interaksi politik dan ekonomi, seperti misalnya tentang lambing, politik, dan ekonomi, Hal- hal yang menyangkut inflasi, korupsi, peraturan yang berlebihan dan memaparkan juga tentang bagaimana cara pemerintah bangsa Indonesia mempertahankan kekuasaan dalam masa ekonomi merosot serta semakin membengkaknya kekuasaan birokrasi ini bermula dalam periode sekitar tahun 1958.
Kelebihan : Buku dengan judul asli “Dynamics of Guided Democrasy” ini mengupas secara detail tentang seluk beluk Demokrasi Terpimpin di Indonesia pada masa pemerintah Presiden Soekarno yang disertai beberapa cuplikan kata dari tokoh-tokoh yang berkaitan, terdapat pula beberapa penjelasan tentang peta pembagian propinsi – propinsi di Indonesia pada awal tahun 1960. Buku ini juga dilengkapi cover halaman yang cukup menarik untuk dibaca.
Kekurangan : Sayangnya buku ini menggunakan bahasa yang tidak dapat dikatakan mudah untuk dipahami apalagi bagi kalangan pemuda karena terjemahannya tidak disesuaikan dan diatur sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik. Buku ini juga tidak diterbitkan kembali oleh penerbit atau pencetak, sehingga mungkin stok buku banyak yang rusak dan berkurang, padahal termasuk salah satu buku yang mengulas tentang perkembangan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar