Senin, 26 Januari 2015

Wujud Interaksi Kebudayaan Islam dengan Kebudayaan Lokal Indonesia


A.    Konsep Kekuasaan Raja
Pada masa pengaruh Islam, konsep kerajaan yang dikenal adalah kesultanan.
Pada umumnya gelar raja-raja Islam meneruskan nama-nama yang lazim dipakai raja pada masa Hindu-Buddha. Di Jawa sebutan raja memakai berbagai nama dan gelar, seperti susuhunan, panembahan, maulana, dan raja.
B.    Struktur Sosial
Agama Islam dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat Indonesia karena dalam Islam tidak mengenal adanya sistem kasta. Dalam Islam, semua manusia memiliki kedudukan yang sama dihadapan Allah swt. Hal yang membedakan adalah tingkat ketakwaan dan keimanan seseorang kepada Alla swt. Secara umum, Islam mengenal golongan santri, priayi, dan abangan.
  Golongan santri adalah mereka yang taat menjalankan ajaran agama.
  Golongan priayi adalah mereka yang masih memegang teguh ajaran lama, meskipun mereka sudah lama masuk Islam.
  Golongan abangan adalah mereka yang belum dapat memenuhi kewajiban agama secara sempurna.
C.     Sistem Kalender
Pada masa berkembangnya Islam, terjadi perubahan sistem kalender yang berlaku di Indonesia. Sistem kalender Saka yang berlaku pada masa Hindu-Buddha mulai digantikan dengan sistem kalender Hijriyah. Sistem kalender Hijriyah adalah sistem penanggalan Islam yang dimulai saat hijrahnya Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya ke kota Mekkah ke kota Yastrib atau Madinah pada tahun 622 M.Di Jawa juga berlaku kalender Jawa Islam yang diciptakan oleh Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam. Sistem kalender Jawa Islam didasarkan pada perhitungan waktu perputaran bulan atau komariah. Dalam kalender Jawa Islam terdapat 354 hari dalam setahun. Sistem penangglan Jawa Islam mulai berlaku sejak tahun 1633 M atau tahun 1555 Saka. Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan nama-nama bulan, seperti Muharram menjadi Sura dan Ramadhan menjadi Pasa
D.    Seni Aksara
Akulturasi budaya lokal dengan budaya Islam dalam seni aksara tercermin pada tulisan Arab-Melayu. Tulisan ini berwujud tulisan Arab , tetapi berbahasa Melayu. Pada tulisan Arab-Melayu huruh Arab yang digunakan tidak menggunakan harakat dan dikenal sebagai tulisan Jawi atau Arab Gundul.
Selain tulisan Arab-Melayu, di Indonesia juga berkembang seni Kaligrafi. Kaligrafi adalah seni melukis indah dalam bentuk tulisan Arab. Seni kaligrafi muncul karena adanya larangan dalam agam Islam untuk menggambarkan sesuatu makhluk hidup sesuai bentuk aslinya.
E.     Seni Sastra
Pengaruh budaya Islam pada seni sastra berkembang di wilayah Melayu dan Jawa. Dilihat dari corak dan isinya, kesusastraan Islam yang berkembang di Indonesia dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
  Hikayat adalah cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa).
  Contoh Hikayat: Hikayat 1001 Malam
  Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton yang sering dianggap sebagai peristiwa sejarah.
  Contoh Babad: Babad Tanah Jawi dan Babad Cirebon
  Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf
  Contoh Suluk: Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, dan Suluk Malang Sumirang
  Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan, keajaiban, dan penentuan hari baik/buruk.
F.     Seni Bangunan
Bentuk banguan yang merupakan hasil perpaduan Islam dengan budaya setempat, antara lain:
A.Masjid
Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Letak masjid kuno biasanya berada disebelah barat alun-alun keraton. Di Sumatera Barat, banyak masjid menggunakan bentuk atap rumah gadang yang ada tanduknya. Pada masjid di Jawa, atap masjid menggunakan atap tumpang atau bersusun banyak. Pada bagian atap masjid paling atas biasanya diberi penutup kecil dari benda-benda tertentu. Penutup puncak masid disebut mustaka.
Masjid-masjid di Indonesia dilengkapi dengan menara sebagai tempat muazin mengumandangkan adzan. Pada perkembangannya, arsitektur menara tersebut mendapat pengaruh unsur-unsur Hindu. Misalnya, menara Masjid Kudus yang dibangun seperti bangunan candi. Pengaruh tersebut terlihat jelas dengan dengan adanya pola tiang penopang pada masjid-masjid yang ada di Jawa. Pada masjid di Jawa, atap masjid ditopang oleh empat tiang utama di tengah yang disebut soko guru. Namun, ada juga masjid di Jawa yang atapnya hanya disangga oleh satu tiang tengah atau soko tunggal.
B.Makam
Makam yang dibangun pada zaman Islam masih memiliki pengaruh dari unsur-unsur lokal, yaitu punden berundak. Pada masa itu makam dibangun sesuai kedudukan orang yang dimakamkan semasa masih hidup. Makin tinggi kedudukan seseorang, makin tinggi pula pemakamannya. Pada kompleks makam, terdapat rumah-rumahan yang disebut cungkup.  Rumah-rumah tersebut berfungsi untuk meletakkan jirat atau batu nisan.
Makam kuno biasanya juga dilengkapai tembok atau gapura yang menghubungkan antar makam atau kelompok kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan berpintu). Makam biasanya dibangun sebuah masjid dan makam yang ada masjidnya adalah makam para wali atau raja.
C.Keraton
Keraton adalah tempat tinggal seorang pengusaha (raja atau ratu) untuk memerintah. Dengan demikian, kemudian muncul istilah keraton atau karaton yang merupakan bentuk singkat dari ke-ratu-an atau ka-ratu-an. Keraton juga disebut dengan istilah kedaton. Kata kedaton merupakan bentuk singkat dari ke-datu-an atau ka-datu-an yang berasal dari kata datu yang dalam bahasa Indonesia berarti raja.
G.    Tradisi Keagamaan dan Seni Pertunjukan
Tradisi keagamaan dan seni pertunjukan yang merupakan hasil perpaduan Islam dengan budaya setempat dan Hindu-Buddha, antara lain sebagai berikut:
A.      Upacara Kematian
Di beberapa daerang di Indonesia, upacara kematian menurut agama Islam masih dipengaruhi unsur kebudayaan Hindu. Pengaruh budaya Hindu tersebut terlihat dalam upacara selamatan atau hati peringatan kematian. Untuk orang yang sudah meninggal, diadakan peringat hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, ke-1000. Peringatan hari kematian tersebut merupakan wujud lain upacara Srada pada agama Hindu. Saat upacara peringatan tersebut, dilaksanakan acara tahlilan atau dikiran (zikir) yang dipimpin oleh seorang kyai atau ulama. Tahlilan adalah upacara pembacaan doa-doa yang diambil dari ayat suci Al-Qur’an.
B.      Ziarah Makam
Ziarah makam bagi masyarakat Indonesia sudah menjadi tradisi. Tujuan orang melakukan ziarah makam berbeda-beda, misalnya untuk mendapatkan anugerah dengan memuja roh nenek moyang, mensyukuri kebesaran Tuhan, mengingatkan tentang akhirat, atau menghormati orang yang sudah meninggal. Tradisi ziarah dipengaruhi oleh kebudayan Indonesia lama dan kebudayaan Hindu-Buddha, yaitu tradisi pemujaan roh nenek moyang.
C.      Sekaten
Perayaan sekaten merupakan upacara tradisi keagamaan yang dipengaruhi oleh unsur Hindu dan Islam. Inti perayaannya bertujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. (maulud). Perayaan Maulud Nabi Muhammad saw. saat itu diadakan di Masjid Demak dan para pengunjung yang datang diwajibkan membaca kalimat syahadad (wujud pengakuan percaya terhadap ajaran agama Islam). Selanjutnya, keramaian itu terkenal dengan istilah syahadatan atau syahadatein. Lama-kelamaan dikenal dengan perayaan Sekaten. Perayaan Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati dari keraton untuk ditempatkan di depan Masjid Agung. Selama enam hari, kedua perangkat gamelan itu dimainkan atau dibunyikan. Pada hari ketujuh, upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan Mulud


Tidak ada komentar:

Posting Komentar